Prospek
Sarang burung walet memiliki nilai yang cukup tinggi. Namun, beberapa tahun terakhir, sektor ini lesu menyumbang devisa bagi negara. Apalagi, pasca perdagangan bebas, negara potensial seperti Tiongkok, memilih untuk memproteksi pasar. Alhasil, lima tahun terakhir Indonesia tidak bisa mengekspor langsung sarang burung walet. Melihat industri sarang burung walet yang kian melemah, Asosiasi Peternak Pengusaha Sarang Burung Walet Indonesia (APPSWI) pun mengambil sikap.
Ekspor sarang burung Walet asal Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami pasang surut. Namun pada 2014 lalu, mencapai 449 ton yang di Ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Thailand, Malaysia, Kanada, Australia, Belanda, Korea dan banyak lainnya.
Potensi Indonesia dalam peta ekspor burung Walet menurut pria berkepala plontos ini cukup besar. Dua tiga tahun kedepan, potensi itu diharap mencapai 700 ton dengan perkiraan devisa senilai Rp14 triliun. Apalagi, nilai per kilo sarang burung walet di pasar internasional mencapai USD 1000-2000. Sumber : http://www.indopos.co.id/2015/01/segera-ekspor-700-ton-sarang-burung-walet-bakal-raup-rp-14-triliun.html#sthash.7sjam7Jz.dpuf
Dengan terbukanya peluang ekspor dan target pemerintah untuk meningkatkan ekspor sarang burung wallet dan nilai ekonomis tinggi yang ada didalamnya, maka bisnis penangkaran burung wallet merupakan bisnis yang menjanjikan.
Keunggulan Bisnis Sarang Walet :
1. Bahwa bisnis sarang walet adalah bisnis yang masih sangat prospek. Ini tampak dari daya beli pengepul sarang walet yang terus menerus membutuhkan pasokan sarang walet dari petani. Jika bisnis ini tidak prospek, logikanya daya beli tengkulak juga akan lesu.
2. Bisnis sarang walet memiliki rentang waktu ke depan yang berjangka panjang, sehingga bisnis ini bisa diwariskan keanak cucu kelak.
3. Calon peternak walet melihat perkembangan kenaikan ekonomi para pemilik gedung gedung walet. Maksud saya, tetangga rumah yang memiliki gedung walet, ternyata bisa beli tanah, bisa beli mobil, bisa beli ini dan itu dan sebagainya. Ekonomi pemilik gedung walet yang terus membaik ini, menjadi penumbuh minat/ motivasi mereka untuk ikut membudidayakan walet juga.
4. Nilai investasi yang tidak lagi ratusan juta rupiah apalagi miliaran sebagaimana tampak pada gedung gedung walet “masa lalu”, dengan ukuran gedung yang besar, berdinding tebal, dan bertingkat tinggi. Mereka melihat tetangga kanan kiri yang memiliki gedung walet, ternyata butuh inves yang tidak mahal. Biarpun bangunan sederhana, misalnya tiang kayu dan dinding batako, ternyata berhasil dalam budidaya walet. Tidak sedikit pula bangunan walet yang hanya berdinding asbes saja, tapi hasil panennya menggiurkan. Nah ini juga sebagai penumbuh minat mereka. Untuk ini buku 18 Desain Gedung Walet Paket Hemat masih tersedia.
5. Cara perawatan budidaya walet yang relatif mudah, tidak seperti usaha lain yang harus dikerjakan secara harian. Ternak walet tidak seperti ternak ikan lele atau ternak ayam. Tidak perlu menyediakan makanan. Ini usaha sampingan, dengan resiko yang ringan pula.
6. Para calon pemain baru ini, melihat dengan mata kepala sendiri, para pedagang/ tengkulak/ pengepul sarang walet dari Jakarta atau Surabaya yang langsung datang ke rumah pemilik gedung walet di desa mereka. Betapa mudahnya cara jual sarang walet itu. Pengepul sarang walet secara rutin datang ke rumah dan transaksi dilakukan secara tunai. Ini menjadi faktor munculnya keinginan memiliki gedung walet sebagaimana tetangganya yang terlebih dulu menikmati betapa gampangnya menjual hasil panen sarang walet.
Sebagai informasi saat ini harga sarang wallet di level petani masih mengalami fluktuasi antara 5 juta – 12 juta rupiah per kilogram.