Selasa, 06 Juni 2017

Peluang Investasi Penangkaran Burung Walet

Prospek
Sarang burung walet memiliki nilai yang cukup tinggi. Namun, beberapa tahun terakhir, sektor ini lesu menyumbang devisa bagi negara. Apalagi, pasca perdagangan bebas, negara potensial seperti Tiongkok, memilih untuk memproteksi pasar. Alhasil, lima tahun terakhir Indonesia tidak bisa mengekspor langsung sarang burung walet. Melihat industri sarang burung walet yang kian melemah, Asosiasi Peternak Pengusaha Sarang Burung Walet Indonesia (APPSWI) pun mengambil sikap.
Ekspor sarang burung Walet asal Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami pasang surut. Namun pada 2014 lalu, mencapai 449 ton yang di Ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Thailand, Malaysia, Kanada, Australia, Belanda, Korea dan banyak lainnya.
Potensi Indonesia dalam peta ekspor burung Walet menurut pria berkepala plontos ini cukup besar. Dua tiga tahun kedepan, potensi itu diharap mencapai 700 ton dengan perkiraan devisa senilai Rp14 triliun. Apalagi, nilai per kilo sarang burung walet di pasar internasional mencapai USD 1000-2000. Sumber : http://www.indopos.co.id/2015/01/segera-ekspor-700-ton-sarang-burung-walet-bakal-raup-rp-14-triliun.html#sthash.7sjam7Jz.dpuf
Dengan terbukanya peluang ekspor dan target pemerintah untuk meningkatkan ekspor sarang burung wallet dan nilai ekonomis tinggi yang ada didalamnya, maka bisnis penangkaran burung wallet merupakan bisnis yang menjanjikan.

Keunggulan Bisnis Sarang Walet :
1.    Bahwa bisnis sarang walet adalah bisnis yang masih sangat prospek. Ini tampak dari daya beli pengepul sarang walet yang terus menerus membutuhkan pasokan sarang walet dari petani. Jika bisnis ini tidak prospek, logikanya daya beli tengkulak juga akan lesu.
2.    Bisnis sarang walet memiliki rentang waktu ke depan yang berjangka panjang, sehingga bisnis ini bisa diwariskan keanak cucu kelak.
3.    Calon peternak walet melihat perkembangan kenaikan ekonomi para pemilik gedung gedung walet. Maksud saya, tetangga rumah yang memiliki gedung walet, ternyata bisa beli tanah, bisa beli mobil, bisa beli ini dan itu dan sebagainya. Ekonomi pemilik gedung walet yang terus membaik ini, menjadi penumbuh minat/ motivasi mereka untuk ikut membudidayakan walet juga.
4.    Nilai investasi yang tidak lagi ratusan juta rupiah apalagi miliaran sebagaimana tampak pada gedung gedung walet “masa lalu”, dengan ukuran gedung yang besar, berdinding tebal, dan bertingkat tinggi. Mereka melihat tetangga kanan kiri yang memiliki gedung walet, ternyata butuh inves yang tidak mahal. Biarpun bangunan sederhana, misalnya tiang kayu dan dinding batako, ternyata berhasil dalam budidaya walet. Tidak sedikit pula bangunan walet yang hanya berdinding asbes saja, tapi hasil panennya menggiurkan. Nah ini juga sebagai penumbuh minat mereka. Untuk ini buku 18 Desain Gedung Walet Paket Hemat masih tersedia.
5.    Cara perawatan budidaya walet yang relatif mudah, tidak seperti usaha lain yang harus dikerjakan secara harian. Ternak walet tidak seperti ternak ikan lele atau ternak ayam. Tidak perlu menyediakan makanan. Ini usaha sampingan, dengan resiko yang ringan pula.
6.    Para calon pemain baru ini, melihat dengan mata kepala sendiri, para pedagang/ tengkulak/ pengepul sarang walet dari Jakarta atau Surabaya yang langsung datang ke rumah pemilik gedung walet di desa mereka. Betapa mudahnya cara jual sarang walet itu. Pengepul sarang walet secara rutin datang ke rumah dan transaksi dilakukan secara tunai. Ini menjadi faktor munculnya keinginan memiliki gedung walet sebagaimana tetangganya yang terlebih dulu menikmati betapa gampangnya menjual hasil panen sarang walet.
Sebagai informasi saat ini harga sarang wallet di level petani masih mengalami fluktuasi antara 5 juta – 12 juta rupiah per kilogram.

Karst Sangkulirang Mangkalihat

Kawasan Karst adalah bentang alam yang didominasi oleh batu gamping(pelarutan batuan karbonat) yang memiliki ekosistem dinamis dan juga merupakan reservoar air yang sangat penting. Luasan awasan karst di seluruh dunia ini mencapai sekitar 22 juta km2 (sekitar 12% dari permukaan bumi), yang menyediakan air untuk lebih dari 1 miliar orang di dunia.

Kawasan karst merupakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), yang jika rusak tidak dapat dipulihkan (unretrievable) dan kawasan yang sangat peka untuk segal bentuk perubahan lingkungan. Keanekaragaman hayati maupun nirhayati kawasan karst merupakan unsur penting penyusun keanekaan bumi(geodiversity). Tiga aspek utama kawasan karst yang bernilai ilmiah, ekonomi, dan kemanusiaan, merupakan sendi-sendi strategis begitu penting sehingga pada 1997 International Union for Conservation of Nature (IUNC) mengukuhkan karst sebagai kawasan yang lingkungannya harus dilestarikan. Selain itu, saat ini kawasan karst juga diakui turut memainkan peran penting dalam siklus karbon dunia.

Kawasan karst Berau-Kutim (Sangkulirang-Mangkalihat) merupakan bentang alam kompak dan tidak terpisahkan. Berada di 2 wilayah administrasi Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, berdasarkan pendekata DAS Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur total kawasan karst tersebut mencapai luasan 1,867,676 hektar. Berdasarkan pendekatan sistem lahan karst total mencapai 505,173 hektar yang terbagi 3 kategori, mulai dari gunung, bukit sampai yang agak datar.

Untuk gunung-gunungnya sendiri total luasannya mencapai 135,164 hektar. Kawasan tersebut merupakan hulu dari 5 sungai utama di Berau dan Kutai Timur, dan merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat di hampir 100 desa dengan jumlah penduduk sekitar 105,000 juwa.

Di Kabupaten Berau terbentang dari kawasan hulu yaitu Kecamatan Kelay, Kecamatan Biatan, Kecamatan Taliyasan, Kecamatan Batu Putih, dan Kecamatan Biduk-Biduk. Meliputi Gunung Kulat yang berbatasan antara Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, Gunung Nyapa, Gunung Tandoyan, Gunung Marang. Gunung Gergaji, Gunung Beriun, Gunung Tutanumbo sampai ke Gunung Sekerat dan Gunung – Gunung batu kecil lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Sedangkan di Kabupaten Kutai Timur, kawasan Karst ini terbentanf dari kawasan hulu yaitu Kecamatan Kombeng, Kecamatan Bengalon, Kecamatan Karangan, Kecamatan Kaubun, Kecamatan Sandaran, Kecamatan Sangkulirang, dan Kecamatan Kaliorang.

Di dalam kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat ditemukan benda-benda peninggalan arkeologis yang berumur puluhan ribu tahun. Penemuan gambar-gambar di dalam gua (Art Rock) di Pegunungan Marang, memberikan prospek dan perspektif baru terhadap kajian distribusi seni cedas yang lebih luas di Indonesia. Penemuan di atas dipelopori oleh Jean Michel Chazine melalui suatu tim gabungan (CREDO, CNRS Maison Asia Pasifique Marselle, dan Kalimatrope France) yang dirintis sejak 1944 s/d sekarang, yang selanjutnya melibatkan Puslit Kajian seni Rupa ITB dan Balai Arkeologi Nasional.

Dari sisi keanekaragaman hayati, hasil ekspedisi biologi pada tahun 2004 yang di lakukan oleh The Nature Concervancy (TNC) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan telah mengidentifikasi 120 jenis burung, 200 spesies serangga dan antropoda dengan 1 spesies kecoa raksasa, 400 vegetasi dan 50 species ikan. Dari hasil ekspedisi tesebut adalah ikan Nemacheilus Marang dan Kalacemeti Sarax Sangkulirangensis sp. nov.,Sarax mardua sp.nov. Selanjutnya tim Survey The Nature Conservancy pada tahun 2008, tahun 2009 dan tahun 2011 melakukan survey di salah satu lokasi di dalam kawasan karst yaitu Gunung Beriun, juga berhasil mengidentifikasikan bahwa di dalam kawasan tersebut merupakan habitat utama orangutan.

Dari sisi ekonomi Kawasan Karst Berau-Kutim telah membuktikan sebagai penghasil utama dan penyumbang terbesar sarang burung walet alam di Kalimantan Timur. Hasil panennya yang mencapai ton-tonan dalam setiap kali panen. Beberapa goa yang terkenal sebagai penghasil sarang burung diantaranya adalah Goa Ranggasan, Goa Sedepan Marang, Goa Kulat, Goa Lubang Dunia dan lainnya. Nilai sarang burung dipasaran dunia yang mencapai ribuan dolar per kilogramnya, sehingga kalau di manfaatkan dengan benar kawasan ini. Maka potensi ekonomi yang dihasilkan dari sarang burung ini bisa mencapai ratusan miliar per tahunnya.

Sayangnya, kawasan yang mempunyau nilai penting bagi kehidupan manusia dan kaya akan keanekaragaman hayati ini belum di ketahui dan mendapat perhatian yang serius dari para pihak untuk pengelolaan dan perlindungannya. Karena kurangnya informasi mengenai kawasan ini beberapa aktivitas yang berpotensi menyebabkan deforestasi adalah perubahan lahan menjadi perkebunan sawit, menjadi pertambangan batu bara, menjadi permukiman dan infrastrukturnya. Selain itu juga beberapa aktivitas perambahan lahan dan pembalakan liar yang dilakukan oleh masyarakat turut menyebabkan terjadinya deforestasi. Sehingga jika tidak berhati-hati dalam pengelolaan kawasan karst tersebut, maka resiko kekurangan air dan kehilangan nilai sosial, budaya, ekonomi serta nilai ekologi dari kawasan karst tersebut diatas akan dapat terjadi di sekitar kawasan karst yaitu Kabupaten Berau dan Kutai Timur.

 Negeri Diatas Awan
 Ceruk Tempat Leluhur Memulai Peradaban
 "Daftar Hadir"
Karst