Selasa, 06 Juni 2017

Peluang Investasi Penangkaran Burung Walet

Prospek
Sarang burung walet memiliki nilai yang cukup tinggi. Namun, beberapa tahun terakhir, sektor ini lesu menyumbang devisa bagi negara. Apalagi, pasca perdagangan bebas, negara potensial seperti Tiongkok, memilih untuk memproteksi pasar. Alhasil, lima tahun terakhir Indonesia tidak bisa mengekspor langsung sarang burung walet. Melihat industri sarang burung walet yang kian melemah, Asosiasi Peternak Pengusaha Sarang Burung Walet Indonesia (APPSWI) pun mengambil sikap.
Ekspor sarang burung Walet asal Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami pasang surut. Namun pada 2014 lalu, mencapai 449 ton yang di Ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Thailand, Malaysia, Kanada, Australia, Belanda, Korea dan banyak lainnya.
Potensi Indonesia dalam peta ekspor burung Walet menurut pria berkepala plontos ini cukup besar. Dua tiga tahun kedepan, potensi itu diharap mencapai 700 ton dengan perkiraan devisa senilai Rp14 triliun. Apalagi, nilai per kilo sarang burung walet di pasar internasional mencapai USD 1000-2000. Sumber : http://www.indopos.co.id/2015/01/segera-ekspor-700-ton-sarang-burung-walet-bakal-raup-rp-14-triliun.html#sthash.7sjam7Jz.dpuf
Dengan terbukanya peluang ekspor dan target pemerintah untuk meningkatkan ekspor sarang burung wallet dan nilai ekonomis tinggi yang ada didalamnya, maka bisnis penangkaran burung wallet merupakan bisnis yang menjanjikan.

Keunggulan Bisnis Sarang Walet :
1.    Bahwa bisnis sarang walet adalah bisnis yang masih sangat prospek. Ini tampak dari daya beli pengepul sarang walet yang terus menerus membutuhkan pasokan sarang walet dari petani. Jika bisnis ini tidak prospek, logikanya daya beli tengkulak juga akan lesu.
2.    Bisnis sarang walet memiliki rentang waktu ke depan yang berjangka panjang, sehingga bisnis ini bisa diwariskan keanak cucu kelak.
3.    Calon peternak walet melihat perkembangan kenaikan ekonomi para pemilik gedung gedung walet. Maksud saya, tetangga rumah yang memiliki gedung walet, ternyata bisa beli tanah, bisa beli mobil, bisa beli ini dan itu dan sebagainya. Ekonomi pemilik gedung walet yang terus membaik ini, menjadi penumbuh minat/ motivasi mereka untuk ikut membudidayakan walet juga.
4.    Nilai investasi yang tidak lagi ratusan juta rupiah apalagi miliaran sebagaimana tampak pada gedung gedung walet “masa lalu”, dengan ukuran gedung yang besar, berdinding tebal, dan bertingkat tinggi. Mereka melihat tetangga kanan kiri yang memiliki gedung walet, ternyata butuh inves yang tidak mahal. Biarpun bangunan sederhana, misalnya tiang kayu dan dinding batako, ternyata berhasil dalam budidaya walet. Tidak sedikit pula bangunan walet yang hanya berdinding asbes saja, tapi hasil panennya menggiurkan. Nah ini juga sebagai penumbuh minat mereka. Untuk ini buku 18 Desain Gedung Walet Paket Hemat masih tersedia.
5.    Cara perawatan budidaya walet yang relatif mudah, tidak seperti usaha lain yang harus dikerjakan secara harian. Ternak walet tidak seperti ternak ikan lele atau ternak ayam. Tidak perlu menyediakan makanan. Ini usaha sampingan, dengan resiko yang ringan pula.
6.    Para calon pemain baru ini, melihat dengan mata kepala sendiri, para pedagang/ tengkulak/ pengepul sarang walet dari Jakarta atau Surabaya yang langsung datang ke rumah pemilik gedung walet di desa mereka. Betapa mudahnya cara jual sarang walet itu. Pengepul sarang walet secara rutin datang ke rumah dan transaksi dilakukan secara tunai. Ini menjadi faktor munculnya keinginan memiliki gedung walet sebagaimana tetangganya yang terlebih dulu menikmati betapa gampangnya menjual hasil panen sarang walet.
Sebagai informasi saat ini harga sarang wallet di level petani masih mengalami fluktuasi antara 5 juta – 12 juta rupiah per kilogram.

Karst Sangkulirang Mangkalihat

Kawasan Karst adalah bentang alam yang didominasi oleh batu gamping(pelarutan batuan karbonat) yang memiliki ekosistem dinamis dan juga merupakan reservoar air yang sangat penting. Luasan awasan karst di seluruh dunia ini mencapai sekitar 22 juta km2 (sekitar 12% dari permukaan bumi), yang menyediakan air untuk lebih dari 1 miliar orang di dunia.

Kawasan karst merupakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), yang jika rusak tidak dapat dipulihkan (unretrievable) dan kawasan yang sangat peka untuk segal bentuk perubahan lingkungan. Keanekaragaman hayati maupun nirhayati kawasan karst merupakan unsur penting penyusun keanekaan bumi(geodiversity). Tiga aspek utama kawasan karst yang bernilai ilmiah, ekonomi, dan kemanusiaan, merupakan sendi-sendi strategis begitu penting sehingga pada 1997 International Union for Conservation of Nature (IUNC) mengukuhkan karst sebagai kawasan yang lingkungannya harus dilestarikan. Selain itu, saat ini kawasan karst juga diakui turut memainkan peran penting dalam siklus karbon dunia.

Kawasan karst Berau-Kutim (Sangkulirang-Mangkalihat) merupakan bentang alam kompak dan tidak terpisahkan. Berada di 2 wilayah administrasi Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, berdasarkan pendekata DAS Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur total kawasan karst tersebut mencapai luasan 1,867,676 hektar. Berdasarkan pendekatan sistem lahan karst total mencapai 505,173 hektar yang terbagi 3 kategori, mulai dari gunung, bukit sampai yang agak datar.

Untuk gunung-gunungnya sendiri total luasannya mencapai 135,164 hektar. Kawasan tersebut merupakan hulu dari 5 sungai utama di Berau dan Kutai Timur, dan merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat di hampir 100 desa dengan jumlah penduduk sekitar 105,000 juwa.

Di Kabupaten Berau terbentang dari kawasan hulu yaitu Kecamatan Kelay, Kecamatan Biatan, Kecamatan Taliyasan, Kecamatan Batu Putih, dan Kecamatan Biduk-Biduk. Meliputi Gunung Kulat yang berbatasan antara Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, Gunung Nyapa, Gunung Tandoyan, Gunung Marang. Gunung Gergaji, Gunung Beriun, Gunung Tutanumbo sampai ke Gunung Sekerat dan Gunung – Gunung batu kecil lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Sedangkan di Kabupaten Kutai Timur, kawasan Karst ini terbentanf dari kawasan hulu yaitu Kecamatan Kombeng, Kecamatan Bengalon, Kecamatan Karangan, Kecamatan Kaubun, Kecamatan Sandaran, Kecamatan Sangkulirang, dan Kecamatan Kaliorang.

Di dalam kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat ditemukan benda-benda peninggalan arkeologis yang berumur puluhan ribu tahun. Penemuan gambar-gambar di dalam gua (Art Rock) di Pegunungan Marang, memberikan prospek dan perspektif baru terhadap kajian distribusi seni cedas yang lebih luas di Indonesia. Penemuan di atas dipelopori oleh Jean Michel Chazine melalui suatu tim gabungan (CREDO, CNRS Maison Asia Pasifique Marselle, dan Kalimatrope France) yang dirintis sejak 1944 s/d sekarang, yang selanjutnya melibatkan Puslit Kajian seni Rupa ITB dan Balai Arkeologi Nasional.

Dari sisi keanekaragaman hayati, hasil ekspedisi biologi pada tahun 2004 yang di lakukan oleh The Nature Concervancy (TNC) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan telah mengidentifikasi 120 jenis burung, 200 spesies serangga dan antropoda dengan 1 spesies kecoa raksasa, 400 vegetasi dan 50 species ikan. Dari hasil ekspedisi tesebut adalah ikan Nemacheilus Marang dan Kalacemeti Sarax Sangkulirangensis sp. nov.,Sarax mardua sp.nov. Selanjutnya tim Survey The Nature Conservancy pada tahun 2008, tahun 2009 dan tahun 2011 melakukan survey di salah satu lokasi di dalam kawasan karst yaitu Gunung Beriun, juga berhasil mengidentifikasikan bahwa di dalam kawasan tersebut merupakan habitat utama orangutan.

Dari sisi ekonomi Kawasan Karst Berau-Kutim telah membuktikan sebagai penghasil utama dan penyumbang terbesar sarang burung walet alam di Kalimantan Timur. Hasil panennya yang mencapai ton-tonan dalam setiap kali panen. Beberapa goa yang terkenal sebagai penghasil sarang burung diantaranya adalah Goa Ranggasan, Goa Sedepan Marang, Goa Kulat, Goa Lubang Dunia dan lainnya. Nilai sarang burung dipasaran dunia yang mencapai ribuan dolar per kilogramnya, sehingga kalau di manfaatkan dengan benar kawasan ini. Maka potensi ekonomi yang dihasilkan dari sarang burung ini bisa mencapai ratusan miliar per tahunnya.

Sayangnya, kawasan yang mempunyau nilai penting bagi kehidupan manusia dan kaya akan keanekaragaman hayati ini belum di ketahui dan mendapat perhatian yang serius dari para pihak untuk pengelolaan dan perlindungannya. Karena kurangnya informasi mengenai kawasan ini beberapa aktivitas yang berpotensi menyebabkan deforestasi adalah perubahan lahan menjadi perkebunan sawit, menjadi pertambangan batu bara, menjadi permukiman dan infrastrukturnya. Selain itu juga beberapa aktivitas perambahan lahan dan pembalakan liar yang dilakukan oleh masyarakat turut menyebabkan terjadinya deforestasi. Sehingga jika tidak berhati-hati dalam pengelolaan kawasan karst tersebut, maka resiko kekurangan air dan kehilangan nilai sosial, budaya, ekonomi serta nilai ekologi dari kawasan karst tersebut diatas akan dapat terjadi di sekitar kawasan karst yaitu Kabupaten Berau dan Kutai Timur.

 Negeri Diatas Awan
 Ceruk Tempat Leluhur Memulai Peradaban
 "Daftar Hadir"
Karst

Selasa, 31 Januari 2017

PROPOSAL INVESTASI PENANGKARAN BURUNG WALET



PROPOSAL


INVESTASI PENANGKARAN
RUMAH WALET














Aris Pratama
Jl. Majapahit RT. 11 Desa Sumber Sari Kec. Babulu Kab. PPU Prov-Kaltim

Mobile                       : 085246733360 
Email             : aris.pratama250388@yahoo.co.id



PENDAHULUAN
Prospek
Sarang burung walet memiliki nilai yang cukup tinggi. Namun, beberapa tahun terakhir, sektor ini lesu menyumbang devisa bagi negara. Apalagi, pasca perdagangan bebas, negara potensial seperti Tiongkok, memilih untuk memproteksi pasar. Alhasil, lima tahun terakhir Indonesia tidak bisa mengekspor langsung sarang burung walet. Melihat industri sarang burung walet yang kian melemah, Asosiasi Peternak Pengusaha Sarang Burung Walet Indonesia (APPSWI) pun mengambil sikap.
Ekspor sarang burung Walet asal Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami pasang surut. Namun pada 2014 lalu, mencapai 449 ton yang di Ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Thailand, Malaysia, Kanada, Australia, Belanda, Korea dan banyak lainnya.
Potensi Indonesia dalam peta ekspor burung Walet menurut pria berkepala plontos ini cukup besar. Dua tiga tahun kedepan, potensi itu diharap mencapai 700 ton dengan perkiraan devisa senilai Rp14 triliun. Apalagi, nilai per kilo sarang burung walet di pasar internasional mencapai USD 1000-2000. Sumber : http://www.indopos.co.id/2015/01/segera-ekspor-700-ton-sarang-burung-walet-bakal-raup-rp-14-triliun.html#sthash.7sjam7Jz.dpuf
Dengan terbukanya peluang ekspor dan target pemerintah untuk meningkatkan ekspor sarang burung wallet dan nilai ekonomis tinggi yang ada didalamnya, maka bisnis penangkaran burung wallet merupakan bisnis yang menjanjikan.

Keunggulan Bisnis Sarang Walet :
1.    Bahwa bisnis sarang walet adalah bisnis yang masih sangat prospek. Ini tampak dari daya beli pengepul sarang walet yang terus menerus membutuhkan pasokan sarang walet dari petani. Jika bisnis ini tidak prospek, logikanya daya beli tengkulak juga akan lesu.
2.    Bisnis sarang walet memiliki rentang waktu ke depan yang berjangka panjang, sehingga bisnis ini bisa diwariskan keanak cucu kelak.
3.    Calon peternak walet melihat perkembangan kenaikan ekonomi para pemilik gedung gedung walet. Maksud saya, tetangga rumah yang memiliki gedung walet, ternyata bisa beli tanah, bisa beli mobil, bisa beli ini dan itu dan sebagainya. Ekonomi pemilik gedung walet yang terus membaik ini, menjadi penumbuh minat/ motivasi mereka untuk ikut membudidayakan walet juga.
4.    Nilai investasi yang tidak lagi ratusan juta rupiah apalagi miliaran sebagaimana tampak pada gedung gedung walet “masa lalu”, dengan ukuran gedung yang besar, berdinding tebal, dan bertingkat tinggi. Mereka melihat tetangga kanan kiri yang memiliki gedung walet, ternyata butuh inves yang tidak mahal. Biarpun bangunan sederhana, misalnya tiang kayu dan dinding batako, ternyata berhasil dalam budidaya walet. Tidak sedikit pula bangunan walet yang hanya berdinding asbes saja, tapi hasil panennya menggiurkan. Nah ini juga sebagai penumbuh minat mereka. Untuk ini buku 18 Desain Gedung Walet Paket Hemat masih tersedia.
5.    Cara perawatan budidaya walet yang relatif mudah, tidak seperti usaha lain yang harus dikerjakan secara harian. Ternak walet tidak seperti ternak ikan lele atau ternak ayam. Tidak perlu menyediakan makanan. Ini usaha sampingan, dengan resiko yang ringan pula.
6.    Para calon pemain baru ini, melihat dengan mata kepala sendiri, para pedagang/ tengkulak/ pengepul sarang walet dari Jakarta atau Surabaya yang langsung datang ke rumah pemilik gedung walet di desa mereka. Betapa mudahnya cara jual sarang walet itu. Pengepul sarang walet secara rutin datang ke rumah dan transaksi dilakukan secara tunai. Ini menjadi faktor munculnya keinginan memiliki gedung walet sebagaimana tetangganya yang terlebih dulu menikmati betapa gampangnya menjual hasil panen sarang walet.
Sebagai informasi saat ini harga sarang wallet di level petani masih mengalami fluktuasi antara 5 juta – 12 juta rupiah per kilogram.
 
Lokasi
Ada 4 lokasi yang sangat menjanjikan untuk bisnis ini yaitu 2 di Desa Bukit Raya Kec. Sepaku Kab PPU dan 2 di Desa Sumber Sari Kec. Babulu Kab. PPU Prov Kalimantan Timur.
Lokasi Kec. Sepaku Kab. PPU Kaltim
Rencana lokasi pada kec. Sepaku berada di dataran rendah yang didominasi oleh areal perkebunan sawit dan sawah, dan berada dekat dengan sungai pasang surut (Sungai Sepaku).
Lokasi Kec. Babulu Kab PPU Kaltim
Rencana lokasi rumah burung wallet di Kec. Babulu berada di dataran rendah yang didominasi oleh areal persawahan tadah hujan.

Pembangunan dilakukan didaerah babulu dan Sepaku dengan pertimbangan, dimana lokasi ideal burung wallet, yaitu sumber pakan dan dataran rendah.
 
Biaya Pembangunan
Estimasi biaya pembangunan gedung walet ± Rp. 206.010.000,- (Dua Ratus Enam Juta Sepuluh Ribu rupiah). Termasuk biaya pemasangan tweeter, pengkabut dan perlengkapan lainnya. Biaya diatas masih dalam hitungan estimasi, jika dalam pembangunan biaya yang dikeluarkan lebih rendah maka sisa biaya akan dikembalikan kepada pemilik modal (investor).


Keperluan Bahan
Jumlah
Estimasi Harga
Balok 8*8 Cm
160 Batang
 Idr     12,800,000.00
Balok 4*8 Cm
100 Batang
 Idr       8,000,000.00
Bata
9000 Buah
 Idr       9,450,000.00
Pasir
10 Ret
 Idr       9,000,000.00
Kerikil
5 Ret
 Idr       9,000,000.00
Kayu Sebetan 10*200
4250 Lembar
 Idr     17,000,000.00
Sirip (nesting plank) 2.5*10*400
240 Lembar
 Idr     12,000,000.00
Pipa Paralon
Estimasi
 Idr           500,000.00
Besi Tulangan
Estimasi
 Idr       7,500,000.00
Papan 2*20*400
100 Lembar
 Idr       4,400,000.00
Atap
Estimasi
 Idr     10,000,000.00
Styrofoam 2*1 M
296 Lembar
 Idr     14,800,000.00
Total Bahan
 Idr   114,450,000.00
Biaya Tukang 50 %
 Idr     57,225,000.00
Total Bahan Dan Tukang
 Idr   171,675,000.00
Biaya Tak Terduga
 Idr     34,335,000.00
Grand Total
 Idr   206,010,000.00


Dimensi Gedung Walet
Dimensi gedung walet yang akan dibangun berukuran 18 x 12 meter dengan 4 lantai. Pembangunan gedung berkonsultasi dengan pakar gedung walet agar hasil yang didapat maksimal.

Teknis Operasional
Secara teknis operasional, akan memperkerjakan 1 orang petugas penjaga sekaligus merangkap untuk merawat kandang wallet

Sistem Pelaporan dan Evaluasi
Pelaporan dilaksanakan satu semster sekali oleh pengelola yang meliputi :
1.    Laporan operasional
2.    Laporan kondisi gedung
3.    Hasil penjualan sarang walet


Pelaporan dilaksanakan dimulai sejak pembukaan beroperasi setiap bulan. Sedangkan pembagian pendapatan diberikan langsung kepada investor setelah laporan disetujui berdasarkan kesepakatan.

Mekanisme Investasi
Program investasi yang ditawarkan adalah dengan system bagi hasil dan pengembalian modal. Dengan mekasisme tersebut diharapkan investor dapat merasa memiliki gedung walet yang ada.
Jangka waktu kerjasama berlangsung selama 5 tahun (60 kali panen) sejak panen perdana dilaksanakan (masa tenggang 5 tahun hingga bagi hasil pertama dilakukan) dengan system bagi hasil 50 % investor dan 40 % pengelola dan pemilik lahan 10 % digunakan untuk biaya perawatan, listrik, dan gaji karyawan. Ketika masa kerjasama habis (60 kali panen) maka program investasi berakhir dan gedung walet menjadi milik pengelola (negosible).

Estimasi Produksi
Panen perdana berdasarkan pengalaman yang sudah ada dapat dilakukan 3‑5 tahun setelah Rumah Burung Walet on/aktif bahkan bisa lebih cepat tergantung populasi burung wallet disuatu daerah. Jadi Harus Bersabar.
Estimasi produksi dihitung berdasarkan jumlah sirip (papan tempat tidur wallet berukuran panjang 4 meter) dimana berdasarkan pengalaman pengusaha yang sudah berkecimpung lama di usaha ini, 1 buah sirip dapat digunakan hingga 60 sarang wallet. Waktu yang dibutuhkan untuk burung wallet membuat sarang sekitar 70-85 hari (3 bulan). Dalam perhitungan dibawah hanya menggunakan 10 buah sarang wallet.







Jumlah sirip
200
Buah
sarang per sirip
10
Sarang
1  Kg
120
Sarang
waktu panen
3 bulan
total sarang walet
200
Sarang
setara dengan
16.7
kg/3bulan
panen per bulan
5.6
kg/bulan
Harga 1 Kg
6000000
Rupiah
Potensi Panen
33.600.000
Rupiah

Dengan potensi panen 33.600.000 rupiah perbulan dan bagi hasil 50 % untuk investor di dapat 16.800.000 rupiah per panen. Selama 60 kali panen (5 tahun) maka akan didapatkan 1.008.000.000 rupiah (nilai mungkin akan lebih tinggi) selama program berlangsung.

Penutup


Peluang Bisnis yang masih terbuka lebar, burung wallet hanya ada di Asia Tenggara, semakin membaiknya ekonomi dunia juga akan meningkatkan permintaan sarang wallet yang penuh khasiat.

Segala hal yang berkaitan dengan proposal ini bisa langsung menghubungi :

Aris Pratama
Alamat Tempat Tinggal :
Jl. Majapahit RT. 11 Desa Sumber Sari Kec. Babulu Kab. PPU Prov-Kaltim/
Jl. Ceremai Gang 3 RT 1 No. 28 Kelurahan Jawa Samarinda Prov-Kaltim

Alamat Tempat Kerja :
Jl. MT Haryono Samarinda Kantor Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur

Mobile                       : 085246733360 
Email             : aris.pratama250388@yahoo.co.id



Senin, 30 Januari 2017

Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris Gray) Identitas Fauna Daerah Kalimantan Timur


Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris Gray)

1.       Ciri-Ciri Morfologi
Bentuk badan pesut hamper mendekati oval dengan sirip punggung mengecil dan agak kebelakang. Sirip renangnya relative pendek dan lebar. Bagian kepala (moncong) tidak memanjang sehingga tampak papak dan padanya terdapat lubang pernafasan (blow hole).
Lidahnya seperti lidah manusia, matanya berkelopak, dan mulutnya bergigi. Permukaan otaknya berlekuk-lekuk dan berat otak berkisar antara 1,5-2,5% berat badannya.

2.       Tingkah Laku
Pesut Mahakam adalah mamalia air tawar yang bernafas dengan paru-paru, mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya. Pesut hidup berkelompok dalam kelompok yang terdiri 3-10 ekor.
Pada saat berenang dipermukaan air yang terlihat hanya bagian kepala, tubuh dan sirip punggungnya. Bagian ekornya tidak pernah tampah kepermukaan. Setiap 5-10 menit sekali pesut muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen diudara. Dilihat dari bentuk badan ekornya, pesut diperkirakan selalu cenderung bergerak kearah depan dan kemungkinan kecil untuk dapat melakukan gerakan mundur. Lehernya dapat bergerak berputar ke kanan dan ke kiri.
Pesut menghendaki perairan yang luas dan dalam. Musim perkawinnan diperkirakan terjadi antara bulan-bulan april sam[ai juni pada waktu pasang naik yang cukup tinggi. Diperkirakan pesut melahirkan diperairan yang cukup tenang dan dalam, dengan kedalaman 5-6 meter. Airnya relative jernih dengan pH 6,9, suhu 22-29 oC dan kesadahan 1-2 ppm.


Genital jantan lebih panjang dari genital betina dan pembuahan terjadi secara internal (internal fertilization). Bila telur telah dibuahi, pesut betina lebih agresif terhadap pesut lainnya dan nafsu makannya berkurang. Menjelang melahirkan, induk pesut tidak mau makan, tingkah lakunya gelisah, sesekali melompat sambil menyemburkan air. Kegelisahan sering ditunjukannya dengan membanting-banting tubuhnya dan berputar-putar tak menentu arah. Lubang genital mengeluarkan cairan putih seperti susu. Karena tingkah laku tersebut lubang genital makin membuka  dan anak pesut mulai terlihat beberapa sentimeter keluar melalui genital. Ekornya terus menekuk dan matanya tampak sayu. Dengan nafas cukup panjang, induk pesut mengerutkan perutnya dan menekan bayi pesut keluar.
Bayii pesut yang baru lahir langsung berenang diikuti oleh induknya. Ia batu mulai menyusu pada induknya kurang lebih 12 jam sejak kelahirannya. Setiap hari bayi pesut menyusui induknya kurang lebih 75 kali dan setelah 3 minggu dengan bantuan induknya pesut muda mulai makan. Sembilan bulan kemudian pesut muda dapat mencapai berat 1 Kg.

3.       Habitat dan Penyebaran
Pesut ditemukan hidup di sepanjang Sungai Mahakam dan cabang-cabangnya, terutama pada cabang-cabang sungai yang berhubungan dengan tiga danau, Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 Ha) dan Danau Melintang (11.000 Ha) di daerah Mahakam Tengah. Pesut paling sering muncul ke permukaan di Sungai Pela, cabang sungai yang menghubungkan Sungai Mahakam dengan Danau Semayang. Apakah Sungai Pela ini merupakan tempat pemijahan (spawing ground)-nya, perlu penyelidikan.


Kedalaman tiga danau tersebut pada musim pasang naik tinggi berkisar antara 5-11 meter. Pada musim kemarau, semua danau menjadi dangkal dan bahkan Danau Jempang dapat menjadi kering kerontang. Sehingga di Danau Jempang sejak tahun 1960-an, pesut sudah tidak terlihat lagi. Berkumpulnya pesut di sekitar tiga danau tersebut berkaitan erat terutama dengan ketersediaan makanannya, karena ketiga danau ini diketahui sebagai kanntong-kantong pernghasil ikan terbesar di wilayah Mahakam Tengah. Tetapi danau-danau itu kemungkinan bukan tempat menetapnya, karena pada waktu pasang surut atau pada waktu kemarau, semua pesut akan bermigrasi ke alur-alur sungai yang lebih dalam. Di sepanjang pinggir Sungai Mahakam dan anak sungainya, tumbuh bermacam vegetasi air, semak belukar, dan hutan sekunder yang diselingi dengan rumah penduduk dan perladangan. Pinggir-pinggir danau yang dangkal didominasi oleh tumbuhan air merupakan tempat yang baik bagi berbagai jenis ikan untuk berpijah, sehingga secara tidak langsung keberadaanya berkaitan dengan kehidupan pesut.

4.       Populasi
Belum ada penelitian pesut di Sungai Mahakam secara cermat. Perkiraan umu sebanyak 100-150 ekor berdasarkan permunculannya di perairan sekitar Danau Semayang dan Sungai Pela, kemungkinan jauh meleset dari populasi sebenarnya.
Besarnya populasi pesut dia alam akan sangat tergantung pada perubahan-perubahan lingkungan dan ketersediaan makanannya. Pesut di habitat alamnya memakan jenis-jenis ikan dari family Cyprinidae yang tidak berduri seperti ikan kendia, salap, jelawat dan lempam. Karena Danau Jempang, Melintang dan Semayang merupakan kantong-kantong penghasil ikan terbesar, populasi di sekitar ketiga danau tersebut kemungkinan paling tinggi.
Perubahan-perubahan lingkungan akibat meningkatnya aktifitas dan mobilitas manusia diperkirakan akan makin mengancam kelestarian populasi Pesut Mahakam.

5.       Gangguan Terhadap Pesut Mahakam
a.       Kompetisi Makanan
Secara lahiriah pesut dan manusia hidup berdampingan dan saling tidak mengganggu. Bahkan cerita seekor pesut pernah menolong seorang anak yang tenggelam di Sungai Mahakam, merupakan legenda penduduk daerah Kota Bangun. Sehingga penduduk disana tidak akan mengganggu dan menangkap pesut, yang menurut mereka suka ‘’menangis’’ dan berotak ‘’cerdas’’. Sikap penduduk ini tentu sangat positif dalam mendukung upata kelestarian pesut.
Pada kenyataannya, sebenarnya terjadi kompetisi yang ketat antara manusia khususnya nelayan dengan pesut terutama dalam soal makanan. Andaikan saja seekor pesut memakan setengah kg ikan/hari (ada yang menyebutkan seekor pesut memakan 10 kg ikan/hari, tetapi kami fikir ini terlalu besar), dan jika terdapat 100 ekor pesut dialam, maka perharinya diperlukan ikan sebanyak 50 kg atau sama dengan 18 ton/tahun. Jumlah ini hamper sama dengan produksi ikan air tawar dari seluruh wilayahn Mahakam Tengah yang besarnya rata-rata 22 ton/tahun (lihat Ernst Zehrfeld., dkk, 1985). Oleh karena itu perlu dipertannyakan, jangan jangan populasi pesut di Sungai Mahakam tidak sampai 100 ekor
Dengan makin intensifnya aktifitas penangkapan ikan oleh nelayan dan akibat perubahan lingkungan yang tidak dapat dihindarkan, produksi dan ukuran ikan yang tertangkap di wilayah Mahakam Tengah cenderung menurun. Berkurangnya populasi ikan di danau-danau jelas akan mengancam kelestarian pesut dan dalam jangka panjang akan sukar untuk dapat survive di alam aslinya.


b.      Pendangkalan Danau
Ancaman serius berikutnya yang tidak dapat dihindarkan adalah pendangkalan danau dan alur-alur sungai. Danau-danau dan Sungai Mahakam menjadi tempat penumpukan lumpur, pasir dan benda-benda lain yang terbawa air akibat erosi di daerah hulu yang ditimbulkan oleh aktifitas penebangan hutan, pertambangan, perkebunan dan perladangan. Pendangkalan ini akan terus menutupi habitat-habitat yang asalnya sesuai untuk tempat hidup dan berkembang biak pesut, menjadi perairan dangkal dan keruh yang tidak mungkin pesut dapat hidup di dalamnya.
Perubahan ekosistem danau menjadi ekosistem rawa akibat pendangkalan, telah terjadi di danau Tempatung dan Danau Jempang. Perubahan ini secara perlahan-lahan tapi papsti juga terjadi di Danau Semayang dan Danau Melintang tempat populasi pesut diperkirakan paling besar, sehingga diduga sukar bagi pesut dalam jangka panjang dapat bertahan hidup di wilayah perairan ini.
c.       Gangguan Pencemaran
Sampai tahun 1960 an pesut Mahakam masih sering dijumpai di Sungai Mahakam di daerah Samarinda. Tetapi kemungkinan karena pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industry, limbah domestic, kebisingan dan buangan sia bahan bakar kapal-kapal air, pesut sudah tidak terlihat lagi muncul didaerah Samarinda. Mereka bermigrasi kearah hulu mencari perairan yang lebih aman dari gangguan pencemaran.

Dengan makin bertambahnya dan meningkatnya mobilitas penduduk, frekuensi lalu lintas angkutan air di daerah hulu makin terus meningkat, sehingga hamper tidak ada daerah yang tidak dilalui kapal atau motor temple. Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin atau gelombang yang dihasilkan kapal akan mengganggu ketenangan hidup pesut, khususnya habitat-habitat pemijahannya. Sisa-sisa bahan bakar yang biasanya dibuang ke air juga merupakan ancaman bagi kelestarian pesut, baik secara langsung maupun tiding langsung mengganggu kelestarian ikan makananya.


Sumber : Anggrek Hitam dan Pesut Mahakam Identitas Flora dan Fauna Daerah Kalimantan Timur, Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup Setwilda TK. 1 kalimantan Timur Samarinda 1991