Selasa, 31 Januari 2017

PROPOSAL INVESTASI PENANGKARAN BURUNG WALET



PROPOSAL


INVESTASI PENANGKARAN
RUMAH WALET














Aris Pratama
Jl. Majapahit RT. 11 Desa Sumber Sari Kec. Babulu Kab. PPU Prov-Kaltim

Mobile                       : 085246733360 
Email             : aris.pratama250388@yahoo.co.id



PENDAHULUAN
Prospek
Sarang burung walet memiliki nilai yang cukup tinggi. Namun, beberapa tahun terakhir, sektor ini lesu menyumbang devisa bagi negara. Apalagi, pasca perdagangan bebas, negara potensial seperti Tiongkok, memilih untuk memproteksi pasar. Alhasil, lima tahun terakhir Indonesia tidak bisa mengekspor langsung sarang burung walet. Melihat industri sarang burung walet yang kian melemah, Asosiasi Peternak Pengusaha Sarang Burung Walet Indonesia (APPSWI) pun mengambil sikap.
Ekspor sarang burung Walet asal Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami pasang surut. Namun pada 2014 lalu, mencapai 449 ton yang di Ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Thailand, Malaysia, Kanada, Australia, Belanda, Korea dan banyak lainnya.
Potensi Indonesia dalam peta ekspor burung Walet menurut pria berkepala plontos ini cukup besar. Dua tiga tahun kedepan, potensi itu diharap mencapai 700 ton dengan perkiraan devisa senilai Rp14 triliun. Apalagi, nilai per kilo sarang burung walet di pasar internasional mencapai USD 1000-2000. Sumber : http://www.indopos.co.id/2015/01/segera-ekspor-700-ton-sarang-burung-walet-bakal-raup-rp-14-triliun.html#sthash.7sjam7Jz.dpuf
Dengan terbukanya peluang ekspor dan target pemerintah untuk meningkatkan ekspor sarang burung wallet dan nilai ekonomis tinggi yang ada didalamnya, maka bisnis penangkaran burung wallet merupakan bisnis yang menjanjikan.

Keunggulan Bisnis Sarang Walet :
1.    Bahwa bisnis sarang walet adalah bisnis yang masih sangat prospek. Ini tampak dari daya beli pengepul sarang walet yang terus menerus membutuhkan pasokan sarang walet dari petani. Jika bisnis ini tidak prospek, logikanya daya beli tengkulak juga akan lesu.
2.    Bisnis sarang walet memiliki rentang waktu ke depan yang berjangka panjang, sehingga bisnis ini bisa diwariskan keanak cucu kelak.
3.    Calon peternak walet melihat perkembangan kenaikan ekonomi para pemilik gedung gedung walet. Maksud saya, tetangga rumah yang memiliki gedung walet, ternyata bisa beli tanah, bisa beli mobil, bisa beli ini dan itu dan sebagainya. Ekonomi pemilik gedung walet yang terus membaik ini, menjadi penumbuh minat/ motivasi mereka untuk ikut membudidayakan walet juga.
4.    Nilai investasi yang tidak lagi ratusan juta rupiah apalagi miliaran sebagaimana tampak pada gedung gedung walet “masa lalu”, dengan ukuran gedung yang besar, berdinding tebal, dan bertingkat tinggi. Mereka melihat tetangga kanan kiri yang memiliki gedung walet, ternyata butuh inves yang tidak mahal. Biarpun bangunan sederhana, misalnya tiang kayu dan dinding batako, ternyata berhasil dalam budidaya walet. Tidak sedikit pula bangunan walet yang hanya berdinding asbes saja, tapi hasil panennya menggiurkan. Nah ini juga sebagai penumbuh minat mereka. Untuk ini buku 18 Desain Gedung Walet Paket Hemat masih tersedia.
5.    Cara perawatan budidaya walet yang relatif mudah, tidak seperti usaha lain yang harus dikerjakan secara harian. Ternak walet tidak seperti ternak ikan lele atau ternak ayam. Tidak perlu menyediakan makanan. Ini usaha sampingan, dengan resiko yang ringan pula.
6.    Para calon pemain baru ini, melihat dengan mata kepala sendiri, para pedagang/ tengkulak/ pengepul sarang walet dari Jakarta atau Surabaya yang langsung datang ke rumah pemilik gedung walet di desa mereka. Betapa mudahnya cara jual sarang walet itu. Pengepul sarang walet secara rutin datang ke rumah dan transaksi dilakukan secara tunai. Ini menjadi faktor munculnya keinginan memiliki gedung walet sebagaimana tetangganya yang terlebih dulu menikmati betapa gampangnya menjual hasil panen sarang walet.
Sebagai informasi saat ini harga sarang wallet di level petani masih mengalami fluktuasi antara 5 juta – 12 juta rupiah per kilogram.
 
Lokasi
Ada 4 lokasi yang sangat menjanjikan untuk bisnis ini yaitu 2 di Desa Bukit Raya Kec. Sepaku Kab PPU dan 2 di Desa Sumber Sari Kec. Babulu Kab. PPU Prov Kalimantan Timur.
Lokasi Kec. Sepaku Kab. PPU Kaltim
Rencana lokasi pada kec. Sepaku berada di dataran rendah yang didominasi oleh areal perkebunan sawit dan sawah, dan berada dekat dengan sungai pasang surut (Sungai Sepaku).
Lokasi Kec. Babulu Kab PPU Kaltim
Rencana lokasi rumah burung wallet di Kec. Babulu berada di dataran rendah yang didominasi oleh areal persawahan tadah hujan.

Pembangunan dilakukan didaerah babulu dan Sepaku dengan pertimbangan, dimana lokasi ideal burung wallet, yaitu sumber pakan dan dataran rendah.
 
Biaya Pembangunan
Estimasi biaya pembangunan gedung walet ± Rp. 206.010.000,- (Dua Ratus Enam Juta Sepuluh Ribu rupiah). Termasuk biaya pemasangan tweeter, pengkabut dan perlengkapan lainnya. Biaya diatas masih dalam hitungan estimasi, jika dalam pembangunan biaya yang dikeluarkan lebih rendah maka sisa biaya akan dikembalikan kepada pemilik modal (investor).


Keperluan Bahan
Jumlah
Estimasi Harga
Balok 8*8 Cm
160 Batang
 Idr     12,800,000.00
Balok 4*8 Cm
100 Batang
 Idr       8,000,000.00
Bata
9000 Buah
 Idr       9,450,000.00
Pasir
10 Ret
 Idr       9,000,000.00
Kerikil
5 Ret
 Idr       9,000,000.00
Kayu Sebetan 10*200
4250 Lembar
 Idr     17,000,000.00
Sirip (nesting plank) 2.5*10*400
240 Lembar
 Idr     12,000,000.00
Pipa Paralon
Estimasi
 Idr           500,000.00
Besi Tulangan
Estimasi
 Idr       7,500,000.00
Papan 2*20*400
100 Lembar
 Idr       4,400,000.00
Atap
Estimasi
 Idr     10,000,000.00
Styrofoam 2*1 M
296 Lembar
 Idr     14,800,000.00
Total Bahan
 Idr   114,450,000.00
Biaya Tukang 50 %
 Idr     57,225,000.00
Total Bahan Dan Tukang
 Idr   171,675,000.00
Biaya Tak Terduga
 Idr     34,335,000.00
Grand Total
 Idr   206,010,000.00


Dimensi Gedung Walet
Dimensi gedung walet yang akan dibangun berukuran 18 x 12 meter dengan 4 lantai. Pembangunan gedung berkonsultasi dengan pakar gedung walet agar hasil yang didapat maksimal.

Teknis Operasional
Secara teknis operasional, akan memperkerjakan 1 orang petugas penjaga sekaligus merangkap untuk merawat kandang wallet

Sistem Pelaporan dan Evaluasi
Pelaporan dilaksanakan satu semster sekali oleh pengelola yang meliputi :
1.    Laporan operasional
2.    Laporan kondisi gedung
3.    Hasil penjualan sarang walet


Pelaporan dilaksanakan dimulai sejak pembukaan beroperasi setiap bulan. Sedangkan pembagian pendapatan diberikan langsung kepada investor setelah laporan disetujui berdasarkan kesepakatan.

Mekanisme Investasi
Program investasi yang ditawarkan adalah dengan system bagi hasil dan pengembalian modal. Dengan mekasisme tersebut diharapkan investor dapat merasa memiliki gedung walet yang ada.
Jangka waktu kerjasama berlangsung selama 5 tahun (60 kali panen) sejak panen perdana dilaksanakan (masa tenggang 5 tahun hingga bagi hasil pertama dilakukan) dengan system bagi hasil 50 % investor dan 40 % pengelola dan pemilik lahan 10 % digunakan untuk biaya perawatan, listrik, dan gaji karyawan. Ketika masa kerjasama habis (60 kali panen) maka program investasi berakhir dan gedung walet menjadi milik pengelola (negosible).

Estimasi Produksi
Panen perdana berdasarkan pengalaman yang sudah ada dapat dilakukan 3‑5 tahun setelah Rumah Burung Walet on/aktif bahkan bisa lebih cepat tergantung populasi burung wallet disuatu daerah. Jadi Harus Bersabar.
Estimasi produksi dihitung berdasarkan jumlah sirip (papan tempat tidur wallet berukuran panjang 4 meter) dimana berdasarkan pengalaman pengusaha yang sudah berkecimpung lama di usaha ini, 1 buah sirip dapat digunakan hingga 60 sarang wallet. Waktu yang dibutuhkan untuk burung wallet membuat sarang sekitar 70-85 hari (3 bulan). Dalam perhitungan dibawah hanya menggunakan 10 buah sarang wallet.







Jumlah sirip
200
Buah
sarang per sirip
10
Sarang
1  Kg
120
Sarang
waktu panen
3 bulan
total sarang walet
200
Sarang
setara dengan
16.7
kg/3bulan
panen per bulan
5.6
kg/bulan
Harga 1 Kg
6000000
Rupiah
Potensi Panen
33.600.000
Rupiah

Dengan potensi panen 33.600.000 rupiah perbulan dan bagi hasil 50 % untuk investor di dapat 16.800.000 rupiah per panen. Selama 60 kali panen (5 tahun) maka akan didapatkan 1.008.000.000 rupiah (nilai mungkin akan lebih tinggi) selama program berlangsung.

Penutup


Peluang Bisnis yang masih terbuka lebar, burung wallet hanya ada di Asia Tenggara, semakin membaiknya ekonomi dunia juga akan meningkatkan permintaan sarang wallet yang penuh khasiat.

Segala hal yang berkaitan dengan proposal ini bisa langsung menghubungi :

Aris Pratama
Alamat Tempat Tinggal :
Jl. Majapahit RT. 11 Desa Sumber Sari Kec. Babulu Kab. PPU Prov-Kaltim/
Jl. Ceremai Gang 3 RT 1 No. 28 Kelurahan Jawa Samarinda Prov-Kaltim

Alamat Tempat Kerja :
Jl. MT Haryono Samarinda Kantor Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur

Mobile                       : 085246733360 
Email             : aris.pratama250388@yahoo.co.id



Senin, 30 Januari 2017

Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris Gray) Identitas Fauna Daerah Kalimantan Timur


Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris Gray)

1.       Ciri-Ciri Morfologi
Bentuk badan pesut hamper mendekati oval dengan sirip punggung mengecil dan agak kebelakang. Sirip renangnya relative pendek dan lebar. Bagian kepala (moncong) tidak memanjang sehingga tampak papak dan padanya terdapat lubang pernafasan (blow hole).
Lidahnya seperti lidah manusia, matanya berkelopak, dan mulutnya bergigi. Permukaan otaknya berlekuk-lekuk dan berat otak berkisar antara 1,5-2,5% berat badannya.

2.       Tingkah Laku
Pesut Mahakam adalah mamalia air tawar yang bernafas dengan paru-paru, mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya. Pesut hidup berkelompok dalam kelompok yang terdiri 3-10 ekor.
Pada saat berenang dipermukaan air yang terlihat hanya bagian kepala, tubuh dan sirip punggungnya. Bagian ekornya tidak pernah tampah kepermukaan. Setiap 5-10 menit sekali pesut muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen diudara. Dilihat dari bentuk badan ekornya, pesut diperkirakan selalu cenderung bergerak kearah depan dan kemungkinan kecil untuk dapat melakukan gerakan mundur. Lehernya dapat bergerak berputar ke kanan dan ke kiri.
Pesut menghendaki perairan yang luas dan dalam. Musim perkawinnan diperkirakan terjadi antara bulan-bulan april sam[ai juni pada waktu pasang naik yang cukup tinggi. Diperkirakan pesut melahirkan diperairan yang cukup tenang dan dalam, dengan kedalaman 5-6 meter. Airnya relative jernih dengan pH 6,9, suhu 22-29 oC dan kesadahan 1-2 ppm.


Genital jantan lebih panjang dari genital betina dan pembuahan terjadi secara internal (internal fertilization). Bila telur telah dibuahi, pesut betina lebih agresif terhadap pesut lainnya dan nafsu makannya berkurang. Menjelang melahirkan, induk pesut tidak mau makan, tingkah lakunya gelisah, sesekali melompat sambil menyemburkan air. Kegelisahan sering ditunjukannya dengan membanting-banting tubuhnya dan berputar-putar tak menentu arah. Lubang genital mengeluarkan cairan putih seperti susu. Karena tingkah laku tersebut lubang genital makin membuka  dan anak pesut mulai terlihat beberapa sentimeter keluar melalui genital. Ekornya terus menekuk dan matanya tampak sayu. Dengan nafas cukup panjang, induk pesut mengerutkan perutnya dan menekan bayi pesut keluar.
Bayii pesut yang baru lahir langsung berenang diikuti oleh induknya. Ia batu mulai menyusu pada induknya kurang lebih 12 jam sejak kelahirannya. Setiap hari bayi pesut menyusui induknya kurang lebih 75 kali dan setelah 3 minggu dengan bantuan induknya pesut muda mulai makan. Sembilan bulan kemudian pesut muda dapat mencapai berat 1 Kg.

3.       Habitat dan Penyebaran
Pesut ditemukan hidup di sepanjang Sungai Mahakam dan cabang-cabangnya, terutama pada cabang-cabang sungai yang berhubungan dengan tiga danau, Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 Ha) dan Danau Melintang (11.000 Ha) di daerah Mahakam Tengah. Pesut paling sering muncul ke permukaan di Sungai Pela, cabang sungai yang menghubungkan Sungai Mahakam dengan Danau Semayang. Apakah Sungai Pela ini merupakan tempat pemijahan (spawing ground)-nya, perlu penyelidikan.


Kedalaman tiga danau tersebut pada musim pasang naik tinggi berkisar antara 5-11 meter. Pada musim kemarau, semua danau menjadi dangkal dan bahkan Danau Jempang dapat menjadi kering kerontang. Sehingga di Danau Jempang sejak tahun 1960-an, pesut sudah tidak terlihat lagi. Berkumpulnya pesut di sekitar tiga danau tersebut berkaitan erat terutama dengan ketersediaan makanannya, karena ketiga danau ini diketahui sebagai kanntong-kantong pernghasil ikan terbesar di wilayah Mahakam Tengah. Tetapi danau-danau itu kemungkinan bukan tempat menetapnya, karena pada waktu pasang surut atau pada waktu kemarau, semua pesut akan bermigrasi ke alur-alur sungai yang lebih dalam. Di sepanjang pinggir Sungai Mahakam dan anak sungainya, tumbuh bermacam vegetasi air, semak belukar, dan hutan sekunder yang diselingi dengan rumah penduduk dan perladangan. Pinggir-pinggir danau yang dangkal didominasi oleh tumbuhan air merupakan tempat yang baik bagi berbagai jenis ikan untuk berpijah, sehingga secara tidak langsung keberadaanya berkaitan dengan kehidupan pesut.

4.       Populasi
Belum ada penelitian pesut di Sungai Mahakam secara cermat. Perkiraan umu sebanyak 100-150 ekor berdasarkan permunculannya di perairan sekitar Danau Semayang dan Sungai Pela, kemungkinan jauh meleset dari populasi sebenarnya.
Besarnya populasi pesut dia alam akan sangat tergantung pada perubahan-perubahan lingkungan dan ketersediaan makanannya. Pesut di habitat alamnya memakan jenis-jenis ikan dari family Cyprinidae yang tidak berduri seperti ikan kendia, salap, jelawat dan lempam. Karena Danau Jempang, Melintang dan Semayang merupakan kantong-kantong penghasil ikan terbesar, populasi di sekitar ketiga danau tersebut kemungkinan paling tinggi.
Perubahan-perubahan lingkungan akibat meningkatnya aktifitas dan mobilitas manusia diperkirakan akan makin mengancam kelestarian populasi Pesut Mahakam.

5.       Gangguan Terhadap Pesut Mahakam
a.       Kompetisi Makanan
Secara lahiriah pesut dan manusia hidup berdampingan dan saling tidak mengganggu. Bahkan cerita seekor pesut pernah menolong seorang anak yang tenggelam di Sungai Mahakam, merupakan legenda penduduk daerah Kota Bangun. Sehingga penduduk disana tidak akan mengganggu dan menangkap pesut, yang menurut mereka suka ‘’menangis’’ dan berotak ‘’cerdas’’. Sikap penduduk ini tentu sangat positif dalam mendukung upata kelestarian pesut.
Pada kenyataannya, sebenarnya terjadi kompetisi yang ketat antara manusia khususnya nelayan dengan pesut terutama dalam soal makanan. Andaikan saja seekor pesut memakan setengah kg ikan/hari (ada yang menyebutkan seekor pesut memakan 10 kg ikan/hari, tetapi kami fikir ini terlalu besar), dan jika terdapat 100 ekor pesut dialam, maka perharinya diperlukan ikan sebanyak 50 kg atau sama dengan 18 ton/tahun. Jumlah ini hamper sama dengan produksi ikan air tawar dari seluruh wilayahn Mahakam Tengah yang besarnya rata-rata 22 ton/tahun (lihat Ernst Zehrfeld., dkk, 1985). Oleh karena itu perlu dipertannyakan, jangan jangan populasi pesut di Sungai Mahakam tidak sampai 100 ekor
Dengan makin intensifnya aktifitas penangkapan ikan oleh nelayan dan akibat perubahan lingkungan yang tidak dapat dihindarkan, produksi dan ukuran ikan yang tertangkap di wilayah Mahakam Tengah cenderung menurun. Berkurangnya populasi ikan di danau-danau jelas akan mengancam kelestarian pesut dan dalam jangka panjang akan sukar untuk dapat survive di alam aslinya.


b.      Pendangkalan Danau
Ancaman serius berikutnya yang tidak dapat dihindarkan adalah pendangkalan danau dan alur-alur sungai. Danau-danau dan Sungai Mahakam menjadi tempat penumpukan lumpur, pasir dan benda-benda lain yang terbawa air akibat erosi di daerah hulu yang ditimbulkan oleh aktifitas penebangan hutan, pertambangan, perkebunan dan perladangan. Pendangkalan ini akan terus menutupi habitat-habitat yang asalnya sesuai untuk tempat hidup dan berkembang biak pesut, menjadi perairan dangkal dan keruh yang tidak mungkin pesut dapat hidup di dalamnya.
Perubahan ekosistem danau menjadi ekosistem rawa akibat pendangkalan, telah terjadi di danau Tempatung dan Danau Jempang. Perubahan ini secara perlahan-lahan tapi papsti juga terjadi di Danau Semayang dan Danau Melintang tempat populasi pesut diperkirakan paling besar, sehingga diduga sukar bagi pesut dalam jangka panjang dapat bertahan hidup di wilayah perairan ini.
c.       Gangguan Pencemaran
Sampai tahun 1960 an pesut Mahakam masih sering dijumpai di Sungai Mahakam di daerah Samarinda. Tetapi kemungkinan karena pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industry, limbah domestic, kebisingan dan buangan sia bahan bakar kapal-kapal air, pesut sudah tidak terlihat lagi muncul didaerah Samarinda. Mereka bermigrasi kearah hulu mencari perairan yang lebih aman dari gangguan pencemaran.

Dengan makin bertambahnya dan meningkatnya mobilitas penduduk, frekuensi lalu lintas angkutan air di daerah hulu makin terus meningkat, sehingga hamper tidak ada daerah yang tidak dilalui kapal atau motor temple. Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin atau gelombang yang dihasilkan kapal akan mengganggu ketenangan hidup pesut, khususnya habitat-habitat pemijahannya. Sisa-sisa bahan bakar yang biasanya dibuang ke air juga merupakan ancaman bagi kelestarian pesut, baik secara langsung maupun tiding langsung mengganggu kelestarian ikan makananya.


Sumber : Anggrek Hitam dan Pesut Mahakam Identitas Flora dan Fauna Daerah Kalimantan Timur, Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup Setwilda TK. 1 kalimantan Timur Samarinda 1991


Minggu, 29 Januari 2017

Anggrek Hitam (Coelogine pandurata Lindl), Identitas Flora Daerah Kalimantan Timur

Anggrek Hitam (Coelogine pandurata Lindl)
1.  Ciri-Ciri morfologi
Anggrek hitam menjadi terkenal ketika mendapat trofi sebagai species terbaik pada Pekan Anggrek Nasional 1976 di Jakarta. Anggrek hitam ini termasuk family Orchidaceagenus Coelogyne dan species Coelogyne pandurata Lindl. Terdapat species lain yang sejenis dengan anggrek ini yaitu C. asperata, C. cristata dan C. orhracea.
Batang anggrek hitam berbentuk umbi semu, pipih memanjang dan dapat mencapai panjang 12 cm dan lebar 6 cm. pertumbuhan ujung batangnya terbatas (sumpodial). Bentuk daun panjang berlipat-lipat dan dapat mencapai panjang 50 cm dan lebar 2-10 cm.
Bunganya yang indah merupakan rangkaian berbentuk tandan yang panjangnya kurang lebih 20 cm. Jumlah tandan mencapai 14 kuntum atau lebih dengan diameter kira-kira 10 cm. bunga berbentuk seperti Bungan kenanga besar, berwarna hijau mudan dan di tengahnya terdapat bibir (labellum) yang menyerupai biola. Bibir bunganya memiliki alur dengan pinggir keriting berwarna hitam pekat yang merupakan ciri khas anggrek ini yang membedakannya dengan anggrek lain. Dari sejak mekar sampai kering warna hitam pekat ini tidak berubah. Daun bunganya berjumlah lima helai.
Anggrek hitam berbunga setiap tahun tergantung iklim setempat. Musim berbunga biasanya terjadi di sekitar bulan Agustus sampai Oktober, dengan umur 7-10 hari.
2.       Habitat
Anggrak hitam banyak tumbuh di hutan Kersik Luwai, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat. Hutan Kersik Luwai yang luasnya 5.000 Ha berdasarkan SK menteri No. 792/Kpts/Um/10/1982 ditetapkan sebagai hutan cagar alam dengan nama Cagar Alam Padang Luwai. Di lokasi ini hidup tak kurang dari 70 species anggrek alam yang diantaranya anggrek hitam.
Selain Kersik Luwai terdapat juga di dekatnya Kersik Serai dan Kersik Lepok yang sama-sama kaya akan anggrek alam. Ketiga kersik tersebut tidak jauh dari Sekolaq Darat, Kecamatan Barong Tongkok. Desa Sekolaq Darat dapat dicapai dari Samarinda melalui Kota Melak di Hulu Sungai Mahakam. Samarinda-Melak dapat ditempuh selama sehari semalam dengan kapal penumpang (long boat), sedangkan Melak-Sekolaq Darat yang berjarak 16 km dapat dicapai dengan kendaraan roda empat.
Anggrek hitam di alam hidup menempel sebagai tanaman epifit pada batang dan dahan pohon. Ia juga tumbuh di atas tanah yang penuh dengan seresah yang membusuk. Anggrek hitam tidak tumbuh diatas batang atau dahan yang basah dan berlumut, tetapi diatas batang yang relative kering dan bersih untuk menerima cahaya matahari. Ekosistem hutan Kersik Luwai termasuk unik, tanahnya bergambut hitam tetapi juga berpasir putih seperti pasir pantai. Vegetasinya bertipe seragam dan cukup menerima cahaya matahari.


2. Penyebaran
Selain di hutan Kersik di Desa Sekolaq Darat, Kecamatan Barong Tongkok, anggrek hitam juga ditemukan hidup secara alami di daerah Sangkulirang dan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara dan di Tanah Grogot, Kabupaten Paser.


3. Gangguan terhadap anggrek hitam
a.       Hama dan penyakit
Hama dan penyakit anggrek merupakan factor yang mempengaruhi pertumbuhan, sehingga anggrek yang tumbuh alami di hutan kurang baik dibandingkan dengan anggrek budidaya. Penyebab penyakit anggrek adalah virus, kakteri dan jamur serta keaadaan fisiologis. Phytophthora dan Pythium merupakan penyebab penyakit nusuk hitam yang menyerang pangkal daun, batang dan akar tanaman. Cerospora menyerang daun-daun tua dan menimbulkan bercak bulat panjang kecoklatan yang disebut penyakit bercak daun. Penyakit karat juga sering menyerang daun tua atau muda dan terdapat pula penyakit busuk akar yang disebkan oleh Rhizoctina atau Fusarium.
Hama yang banyak mengganggu anggrek adalah kutu daun, lipas, jangkrik, keong dan belalang.
b.      Perubahan lingkungan
Ancaman paling besar terhadap kelestarian anggrek alam adalah perubahan lingkungan yang disebabkan khususnya oleh eksploitasi hutan secara besar-besaran sejak tahun 1970 an. Walaupun hutan Kersik Luwai tidak diganggu secara langsung, perubahan lingkungan di sekitarnya akan mempengaruhi iklim mikronya, pola angin, suhu, kelembaban, penyinaran dan curah hujan setempat kemungkinan dapat berubah dan mengancam kelestarian anggrek. Kebakaran hutan pada tahun 1983, akibat kemarau panjang dan perubahan ekosistem hutan telah mengancam kelestarian anggrek hitam di hutan kersik. Oleh karena itu konservasi hutan kersik untuk menjaga kelestarian anggrek alam harus diimbangi dengan pengendalian factor-faktor lingkungan di sekitarnya yang mempengaruhi.
c.       Gangguan manusia
Gangguan langsung terhadap habitat alami oleh manusia seperti penebangan dan pembakaran pohon di daerah kersik dapat mengancam kelestarian anggrek alam. Begitu juga pencurian liar dan eksploitasi yang tidak bijaksana terhadap anggrek alam untuk diselundupkan ke daerah lain, akan mengancam kelanggengan di habitat alam


Sumber : Anggrek Hitam dan Pesut Mahakam Identitas Flora dan Fauna Daerah Kalimantan Timur, Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup Setwilda TK. 1 kalimantan Timur Samarinda 1991